Tuesday, March 20, 2012


Kabarnya tadi pagi Menteri BUMN yang merupakan mantan Dirut PLN itu ngamuk di pintu tol Slipi. berita lengkap bisa baca di sini. terlepas dari salah atau benar. maupun buruk atau tidaknya dampak yang dihasilkan oleh kejadian tadi pagi itu, ada hal lain yang rasanya lebih menarik bagi saya.
menjelang pemilu tahun 2014 atau DKI-1 Juli ini, sebenarnya ada satu point kecil yang selama ini luput. masyarakat tidak peduli apakah ia liberal apakah ia komunis, apakah dia atheis atau apapun dia. masyarakt butuh pemimpin yang bergerak cepat yang tak perlu polesan-polesan media. masyarakat rindu sosok yang membumi. yang perangai nya rasional. yang tak banyak sandiwara. lihat saja tanggapan manusia-manusia di dunia perkicauan. hampir 90% menyatakan simpati nya terhadap hal yang dilakukan bapak Menteri tadi pagi. dari hal tersebut bisa saya asumsikan bahwa hanya tindakan yang sekarang dibutuhkan oleh masyarakat. tak perlu ada debat antar calon. tak perlu ada jakarta lawyers club atau apapun. menurut saya, siapapun yang ingin mensejahterakan masyarakat, ya tak perlu diumumkan di media. tak perlu banyak omong. cukup lakukan tanpa banyak suara. toh sekarang sudah banyak Citizen Journalism. apa apa sekarang mudah terpantau secara murni. berbeda dengan jurnalisme telivisi yang sudah terbebani keperluan pemilik Tv nya.
tapi aksi juga memang tak selamanya bisa meyakinkan masyarakat terhadap seseorang. misal saja sekarang Foke yang melakukan hal tersebut, tentu cemooh yang akan didapatkan oleh beliau. karena image yang tercipta dari ucapan dan perbuatannya sudah memburukannya secara tak langsung. sedikit banyak apa apa yang sudah di ucapkan dan diperbuat bisa mempengaruhi masa.
jangan pernah mengharapkan UKM akan memberikan sesuatu untuk mu. jika tujuan awal mu UKM adalah tempat kamu mendapatkan sesuatu, maka merugilah engkau. bagiku UKM tak akan pernah bisa memberi apa-apa. bagiku UKM tak akan pernah bisa memberi kenyamanan. justru tugas kita lah yang berbuat sesuatu disana. justru tugas kita lah yang menyamankan UKM. bagiku UKM adalah bagaimana cara kau memandangnya. bagaimana cara kau melihatnya. bagaimana cara kau meletakkanya didalam benak mu. baik buruknya tergantung bagaimana kau melihatnya. bagiku UKM adalah pilihan. dan seburuk-buruk orang adalah orang yang mengkhianati pilihannya


Kadang saya merasa menjadi manusia durhaka. durhaka pada orang tua. durhaka pada nikmat Tuhan. durhaka kepada Tuhan.

saya tak perlu menerima pesan  "bulan ini sedang sulit nak, cuma segini yang bisa dikirimkan". sama sekali tak pernah. tapi kenapa saya tak bisa mensyukuri nya dengan sebaik-baiknya? mengapa masih sering saya merasa tertinggal semangatnya dengan orang-orang yang seringkali menerima pesan seperti itu?

atau mungkin itu suatu tanda? bahwa masa depan saya tak secerah orang-orang yang menerima pesan semacam itu?

Friday, March 16, 2012

Balada Tukang Sate


aku terpaksa menahan dengan kaki ku yang beralaskan sendal jepit putih hijau ini. sudah habis tapak sendal ku ini. seperti diseret-seret. bukannya aku tak mengerti bahwa harga sendal 7 ribu rupiah itu mahal bagi seseorang dengan penghasilan yang sangat kecil, tapi sendal ku yang kali ini berwarna hijau terpaksa ku gesekkan ke lorong-lorong gang sempit. supaya kuat badanku bertumpu, supaya tak berlari gerobak sate milik Haji Amran ini. supaya tak terserak kuah kacang di dalam logam almunium itu. 

aku sudah khatam dengan keadaan lorong-lorong kawasan ini. meskipun baru 3 tahun, aku sudah paham benar. bagian mana yang bisa kutinggalkan gerobak ku tanpa penyangga. bagian mana yang berat dan sulit bagiku untuk mendorong gerobak. dan bagian mana yang tak bisa kulewati karena lorongnya berupa tangga, sehingga gerobak ku tak bisa berjalan. aku hafal sekali akan hal-hal tersebut. tapi aku tak hafal orang-orang yang akan menggunakan jalan. aku tak bisa perkirakan suara mesin motor yang menderuderu itu kearah mana. menjauh kah? mendekat kah? atau aka bertabrakan pertigaan lorong seperti malam kemarin? aku terkadang tak mengerti, mengapa mereka yang menggunakan sepeda motor itu tak mau menunggu ku lewat? tak sampai satu menit tentu mereka akan  bisa lewat lagi. tak banyak waktu mereka yang aku minta untuk mengizinkan aku lewat. tak selama malam yang harus aku lewati kala hujan lebat dan orang-orang tak mendengar teriakanku menjajakan dagangan ku. tak selama aku harus menunggu orang-orang yang sudah kubuatkan sate pesanan mereka tapi tak kunjung keluar membayarkan hak ku. tak pernah selama itu. aku hanya meminta waktu sedikit. supaya aku bisa lewat dengan mulus dan tak perlu aku menahan gerobak ku secara mendadak, dan tak perlu pula kuah kacang sate milik haji Amran ini berserakan.

aku paham benar gerobak sate milik haji Amran ini kecil tapi aku tak pernah seenak hatiku menggelarnya. ketika ada yang mau membeli, entah mahasiswa atau siapapun itu, pasti aku akan mencari tempat yang sedikit lowong. sehingga tak terganggu motor yang hilir mudik di lorong-lorong ini oleh gerobak pinjaman ku. tapi aku tak paham. mengapa mereka yang mempunyai motor besar dan bagus-bagus warnanya itu tak memikirikan aku. tak mengingat bahwa aku juga akan lewat lorong yang sama dengan mereka. seharusnya, jika aku menggunakan logika seseorang yang tidak lulus SMP, mungkin motor besar itu bisa diparkirkan agak keujung lorong. memang agak jauh dari warung mang Jaja. tapi setidaknya gerobak ku bisa lewat. tak perlu aku menahan dengan susah payah karena lorong didepan warung mang Jaja ini sedikit menanjak. sungguh tak mengertikah mereka menangis sendal jepit hijauku harus digesek-gesekan ke lantai lorong.

mungkin tinggal sabarku yang membatasi antara pisau besarku dengan leher orang-orang itu. tak hanya sekali atau dua kali mereka menyenggol piring aduk ku. piring aduk itu satu-satunya piring yang ada di gerobakku. fungsi nya adalah tempat aku mengaduk-aduk daging sate yang sudah ku bakar dengan kuah kacang. sering kali, ketika aku sedang memotong-motong lontong piring aduk itu disenggol oleh mereka yang lewat. entah dengan motor atau berjalan kaki. sungguh aku tak mengerti sebesar apa lorong yang mereka kehendaki agar badan mereka tak bersentuhan dengan gerobak kecil ku ini. mungkin jika nanti malam hal itu terjadi, leher mereka sudah ku tebas dengan pisau yang biasanya ku pakai untuk mencincang lontong. sabar ku sudah habis.

mengapa harus aku yang harus bersabar ketika mereka menyenggol gerobak ku? mengapa harus aku yang menahan laju saatm motor motor mereka sangat mudah untuk menahan lajunya? tak perlu lecet tangan dan kaki mereka untuk mengurangi kecepatan kereta kuda mereka. mengapa harus aku yang memahami tabiat mereka sementara mereka tak pernah paham bahwa meskipun 40 porsipun mereka membeli sate yang ku jual tak akan cukup untuk memberikan Nabila, anak ku makan yang cukup sehingga ia cukup gizi dan bisa bersekolah hingga ia tak perlu miskin seperti ku. atau bisa ku belikan Fatir buku-buku cerita bekas supaya tak teringat almarhum ibu nya yang meninggal akibat miskinnya aku?

disatu sisi aku memang menyalahkan mereka, si pengendara motor yang terlalu kencang lajunya dilorong-lorong dimalam hari. tapi disatu sisi hanya kepada merekalah aku berharap. jika bukan mereka-mereka yang masih terjaga pukul 3 subuh itu, siapa lagi yang hendak menyahut teriakan "sate.. sate.. " yang ku teriakan didingin malam? 

Thursday, March 15, 2012

Choice

Lakukan apa yang telah engkau pilih !

adalah kalimat sakral bagi seorang mahasiswa. seorang pemikir dan seorang solusi bagi bangsanya. tapi apakah saat memilihi ia masih ragu, apa yang sebaiknya dilakukan? mengikuti kata hati? atau membuat timbangan antara pilihan-pilihan yang ada?

dulu saya diterima, kira-kira enam bulan sejak resmi menjadi mahasiswa kampus Ganesha, di sebuah wadah kesenian di Aula Timur kampus ini.

setahun berselang jahim maroon resmi saya kenakan. tentu dengan tingkat kesulitan dan stress yang jauh lebih tinggi.

sekarang, menjelang pertengahan usia saya kuliah disini, muncul piliha ketiga. untuk menjadi mahasiswa yang lebih mementingkan kewajiban utama. belajar lalu ke perpustakaan. pilihan itu muncul karena saya bukan manusia dengan kemampuan baik. manajerial waktu saya juga buruk. makanya muncul opsi anyar tersebut.

--------------

Thursday, March 1, 2012

Sejak saya resmi menjadi mahasiswa kampus Ganesha ini, justru semakin banyak saya melihat nada-nada pesimis di dalamnya. bukan pesimis terhadap nilai-nilai luhur atau secara harafiah di akademik. bukan pula pesimis dalam menjalani kehidupan. tapi lebih kepada rasa pesimis terhadap sesama. Entah kenapa, sangat sering pernyataan-pernyataan yang menimbulkan pertegangan antara satu pihak dan pihak lain terjadi.

Di kampus saya ini, sering sekali muncul pihak-pihak bawah tanah. pihak yang anonim dan tidak ingin dikenal tapi banyak sekali kritik ini dan itu nya. padahal siapa mereka? tak tahu apa karya mereka.

Kasus yang paling dekat dengan saya adalah masalah penggusuran di Taman Sari. belum lama ini kios yang ada di sepanjang jalan Taman Sari depan BNI di gusur dan dijadikan ruang terbuka hijau. alasannya karena memang tidak sesuai dengan rencana yang telah dibuat dinas terkait. tapi terlepas dari salah atau benarnya keberadaan ketidak sesuaian rencana itu, saya punya perhatian khusus terhadap masa kampus.

saya melihat, mereka yang berteriak-teriak, menghimbau kita, mahasiswa untuk peduli itu hanya sekedar banci panggung. sungguh saya melihatnya seperti itu. saya tidak melihat bahwa jika diam yang dilakukan adalah bentuk ketidak pedulian terhadap pedagang tersebut. sekarang kita tidak tahu duduk perkara benar atau tidaknya daerah tersebut diperuntukan untuk ruang terbuka hijau. lalu mau apa? bentrok dengan petugas menghalang-halangi? bertinju? tidak rasional menurut saya. dari sekarang lah menurut saya kita perlu untuk belajar menilai mana yang benar meskipun itu minoritas. to much excuse di kampus ini. contoh paling nyata kira-kira setahun lalu ada kelompok robotika yang memenangkan kejuaraan internasional. mereka pergi dengan menggunakan bus. saat sampai di kampus, bus mereka sudah telat dari jadwal pengembaliannya kepada pihak kampus. banyak suara yang marah-marah terhadap otoritas kampus. suaranya hampir senada --> "kan mereka sudah menang, masa ga dihargai. gara-gara bus aja dipermasalahkan" kira-kira begitulah yang saya lihat setahun yang lalu di twitter. make a sense. kita cuma sekumpulan banci panggung di tempat yang mewah.