Friday, July 9, 2010

Keep it in distance

Sekarang Perusahaan Listrik Negara sedang giat-giatnya memadamkan listrik. mereka berkilah dan memberi banyak alasan pada konsumen sah mereka. karena trafo lah, daya yang kurang lah, ini lah, itu lah. mungkin mereka lebih suka menonton sinetron daripada olah raga ( baca World Cup ). Rama, termasuk yang kena imbasnya, Rama terpaksa menonton dari Televisi Portabel milik ayahnya yang menggunakan batrai AA sebanyak 6 buah. baterai 6 buah itu cukup untuk menyokong kerja si TV selama kurang lebih 3 jam atau kira2 2 kali pertandingan.
Untuk memenuhi kebutuhan akan Baterai itu, Rama membelinya di toko listrik langganannya. Toko itu terletak di pintu masuk perumahan Rama. Rama sering berbelanja disana untuk sekedar membeli Baterai atau Bola Lampu. sudah sangat sering. Rama hafal sudut-sudut toko itu. tau dengan semua karyawan yang bekerja disana. kecuali, satu orang, tepatnya seorang gadis. Detik itu juga darah Rama berdesir kencang, Jantungnya memompa kuat untuk menyuplai darah ke otaknya karena kini iya sedang berkonsentrasi penuh memandangi karyawan Toko itu. Baru kali ini Rama melihat Gadis itu. sayang, si Gadis terlalu baru untuk bekerja di divis pelayanan. Si Gadis masih bekerja di divisi penyusunan barang. Cinta bersemi di Toko Kelontong.
Piala dunia yang masih berjalan 2 minggu lagi dan PLN yang masih Kumat dengan penyakitnya bersimbiosis membantuk Rama untuk tahu, sekedar tahu siapa nama gadis pujaan hati yang ia lihat di Toko kelontong itu. Rama mulai menerapkan taktik brilian agar ia bisa sesering mungkin berbelanja di Toko tersebut. TV portabel itu sengaja ia hidupkan terus menerus agar baterai cepat habis. taktik kedua, Rama hanya membeli Baterai sebanyak 6 buah tiap ia berbelanja. padahal ia bisa langsung membeli baterai sampai 20 buah atau satu pak yang isinya selusin. tapi itulah kekuatan cinta. cinta membuat manusia jadi bahagia sekaligus gila.
sudah 36 buah baterai yang habis paska Rama melihat gadis itu. Rama makin penasaran dibuatnya. bertanya pada karyawan lain hanya akan membuat gengsinya sebagai pelanggan setia turun. ingin rasanya ia bertanya pada Pak Haji pemilik Toko. tapi apadaya, Pak Haji sedang tidak di tempat. Beliau sibuk berkampanye karena ia jadi calon wakil Bupati di daerah Utara sana. Lengkaplah sudah kengiluan hati Rama. Tiap malam, setelah menonton Siaran pertandingan bola, Rama yang biasanya tidak bisa tidur karena kepananasana, kini tidak bisa tidur karena hatinya panas. hatinya mengutuki ketidak mampuannya untuk sekedar tau nama atau mendapatkan secarik kertas berisi nomor telepon gadis itu. tapi tetap saja buntu.
Piala dunia sudah hampir memasuki putaran final, PLN sudah tak lagi mengidap penyakit mematika Listrik. Tak ada lagi alasan Rama untuk tetap berbelanja disana. hal itu hanya akan mengurangi keuangannya saja, karena orang tuanya tak lagi memberi dana untuk membeli baterai. ia harus berswadaya. kini Rama Pasrah. Ingin sekedar mampir ke Toko itu untuk bercerita agak Ganjil rasanya. ia tak paham akan hal itu. lagipula pembicaraan dengan pegawai toko hanya akan membuat konsentrasinya memmperhatikan sang Gadis terganggu. usaha terakhir Rama hanya dengan sering-sering berbelanja makanan dan minuman di kios kecil di samping Toko tempat si Gadis bercerita. berjam-jam ia duduk disana. demi sang gadis.
akhirnya penantian Rama berbalas juga. Rama berhasil mendapatkan nama gadis itu. Namanya Lia. lengkap dengan nomor telepon. Rama senang bukan kepalang. segera Rama mengirimkan pesan singkat pada Lia. Lia merespon dengan baik. awalnya hanya sekedar pesan singkat yang berisi basa basi. lambat laun akhirnya mulai menjurus kepada hal-hal yang sedikit romantis. Namun Rama merasa belum siap untuk bertemu dengan Lia. Rama masih ragu. ia merasa tak sepadan dengan Lia, bukan dari sisi materi, tapi dari sisi mental. Lia yang tampak seusia dengan Rama sudah bisa berkerja untuk hidupnya. sedang Rama, masih bergantung pada orang tuanya.
Hampir setiap waktu Rama berkomunikasi dengan Lia. Lia pun memberi sinyal positif karena Lia diberitahu oleh rekan sesama karyawan bahwa Rama sering datang. Lia mengenalinya. lebih dari itu, Lia tertarik pada Rama bukan sebatas tampang, tapi Lia merasa nyaman.ia selalu bercerita tentang kehidupan dan masalah hidupnya pada Rama. pun Rama juga begitu. pemuda itu senang berbagi cerita dengan Lia. kadang Rama menghibur Lia kala Lia sedang sedih. hanya saja, itu semua terjadi Lewat Telepon dan Sms. sama sekali tak pernah Rama bertatap muka dengan Lia secara langsung.
komunikasi seperti itu mulai mengganggu Rama. kini ia sudah siap mental untuk bertemu dan mengutarakan cintanya pada Lia. Rama lantas menelepon Lia untuk menyusun perjanjian untuk bertemu. terdengar nada ragu diujung telepon oleh Rama. namun akhirnya Lia setuju.
ditempat dan waktu yang telah dijanjikan, akhirnya mereka bertemu. Rama tersenyum. Lia pun begitu, tapi ada sesuatu disenyumnya itu. senyum yang tampak bimbang dan ragu. Awalnya Rama tak menyadari akan hal itu, tapi akhirnya Rama sadar sesuatu. Lia tak benar-benar senang berjumpa dengannya.
Dengan berat hati Rama bertanya "kamu ga seneng ketemu sama aku? bukan kah ini suatu titik loncatan bagi kita untuk hubungan yang lebih lanjut?". Lia diam lalu menjawab dalam tangisnya " Saya buka tidak senang, tapi saya takut. saya takut untuk maju lebih lanjut. memang terlalu dini untuk membicarakan soal ini, tapi saya merasa nyama dengan kamu. tapi saya sadar. saya bukan orang yang pantas untuk kamu. Saya takut disaat saya benar2 telah jatuh cinta pada kamu, kamu tak mendapatkan restu dari orang tua karena hanya berhubungan dengan saya yang hanya seorang pegawai rendahan yang hanya tamatan SMA. saya tidak mau itu terjadi. saya tidak kuat untuk patah hati seperti itu. saya merasa nyaman dengan kamu. tapi lebih baik kita tak pernah bertemu seperti ini. saya cukup bahagia berhubungan dengan kamu meski hanya lewat sinyal telepon genggam. terimakasih untuk semuanya. tapi tolong jauhi saya. karena saya sudah jatuh cinta dengan kamu, dan saya tau sangat mustahil bagi kita untuk melanjutkannya kejalan yang lebih jauh". Rama hanya terdiam, berdiri lalu menghilang dalam pandangan Lia yang kabur oleh air matanya. Lia tau cinta itu tak akan pernah bisa diraihnya. biarlah ia merasa sakit kini, namun pada akhirnya tak melukai perasaan Rama terlalu dalam.
ada saatnya dimana cinta itu lebih indah pada tahap mengagumi dari pada tahap memiliki. ketika mengagumi kita tak perlu takut untuk gagal menyeimbangi keluarbiasaa-an cinta yg kita kagumi itu. kita bisa dengan leluasa memuji tanpa harus minder dan takut untuk di cela karena kekurangan dan ketimpangan kita. berbeda kondisinya disaat kita berada didalam tahap memiliki. pada tahap ini kita lebih ekstra keras untuk setidaknya "menjaga" hubungan itu. mendapatkan cinta yg benar-benar sejati itu sulit, namun lebih sulit untuk mempertahankan-nya. karena banyak cinta yang terasa "sejati" di awal lalu luruh karena alasan klise, bosan.

dediketit fo my friend.
let it flow pal.