Thursday, March 1, 2012

Sejak saya resmi menjadi mahasiswa kampus Ganesha ini, justru semakin banyak saya melihat nada-nada pesimis di dalamnya. bukan pesimis terhadap nilai-nilai luhur atau secara harafiah di akademik. bukan pula pesimis dalam menjalani kehidupan. tapi lebih kepada rasa pesimis terhadap sesama. Entah kenapa, sangat sering pernyataan-pernyataan yang menimbulkan pertegangan antara satu pihak dan pihak lain terjadi.

Di kampus saya ini, sering sekali muncul pihak-pihak bawah tanah. pihak yang anonim dan tidak ingin dikenal tapi banyak sekali kritik ini dan itu nya. padahal siapa mereka? tak tahu apa karya mereka.

Kasus yang paling dekat dengan saya adalah masalah penggusuran di Taman Sari. belum lama ini kios yang ada di sepanjang jalan Taman Sari depan BNI di gusur dan dijadikan ruang terbuka hijau. alasannya karena memang tidak sesuai dengan rencana yang telah dibuat dinas terkait. tapi terlepas dari salah atau benarnya keberadaan ketidak sesuaian rencana itu, saya punya perhatian khusus terhadap masa kampus.

saya melihat, mereka yang berteriak-teriak, menghimbau kita, mahasiswa untuk peduli itu hanya sekedar banci panggung. sungguh saya melihatnya seperti itu. saya tidak melihat bahwa jika diam yang dilakukan adalah bentuk ketidak pedulian terhadap pedagang tersebut. sekarang kita tidak tahu duduk perkara benar atau tidaknya daerah tersebut diperuntukan untuk ruang terbuka hijau. lalu mau apa? bentrok dengan petugas menghalang-halangi? bertinju? tidak rasional menurut saya. dari sekarang lah menurut saya kita perlu untuk belajar menilai mana yang benar meskipun itu minoritas. to much excuse di kampus ini. contoh paling nyata kira-kira setahun lalu ada kelompok robotika yang memenangkan kejuaraan internasional. mereka pergi dengan menggunakan bus. saat sampai di kampus, bus mereka sudah telat dari jadwal pengembaliannya kepada pihak kampus. banyak suara yang marah-marah terhadap otoritas kampus. suaranya hampir senada --> "kan mereka sudah menang, masa ga dihargai. gara-gara bus aja dipermasalahkan" kira-kira begitulah yang saya lihat setahun yang lalu di twitter. make a sense. kita cuma sekumpulan banci panggung di tempat yang mewah.