Sunday, November 6, 2011

Pakem

jika berbicara dalam konteks tata ruang kota. atau tata ruang suatu wilayah maka sejauh ini saya menyimpulkan tak ada pola atau pakem tertentu yang bisa diapplikasikan secara sama terhadap banyak kota/wilayah.

ambil contoh cara memecahkan permasalahan macet. macet di jakarta dan macet di kota Padang. akan sangat berbeda penyelesaiannya. menurut literatur yang saya baca dan pengumpulan data secara primer, macet di kota Padang di sebabkan oleh ketidakteraturan pengendara bermotor. terlebih supi angkutan umum yang sebagian besar tak mengindahkan peraturan. berhanti seenaknya. pindah jalur tanpa sein. dan lain hal yang berhubungan dengan behaviour. sedangkan di Jakarta. macet disebabkan oleh ketidakmampuan luas jalan menampung luas volume kendaraan yang ada. singkatnya tak adalagi ruang kosong dijalanan jakarta untuk menyisakan jarak antar kendaraan. sehingga kesan padat dan macet lah yang terlihat. hal tersebut memicu permasalahan lain seperti ketidaksabaran. emosi pengendara, dan lain-lain.

tak ada pakem tertentu yang bisa menyelesaikan masalah kemacetan, masalah ekonomi, atau masalah sosial. memang ada beberapa aliran2 secara garis besar. misalnya dalam kajian ekonomi, akan sering terlihat pakem kapitalis, pakem sosialis atau liberal atau apapun itu. tapi itu hanya menjelaskan kulitnya. akan sangat berbeda praktik sehari-harinya. begitu pula dengan pemecahan masalah. baik masalah pribadi, keuangan pribadi atau masalah asmara. percuma jika membaca buku petunjuk asmara. atau petunjuk lewat sms. karena sekali lagi, tak ada pakem.

jadi, di jurusan ini, saya bukan belajar langgam seperti di arsitektur. bukan belajar kondisi ideal bukan pula belajar tentang bagaimana seharusnya. tapi belajar untuk belajar menyesuaikan diri lalu membuat adaptasi yang cocok. bukan mencocokan lingkungan dengan diri. di planologi, saya belajar untuk menjadi air. yang berbentuk seperti wadah tempat ia bernaung tanpa kehilangan sifat alaminya