setelah angkot penuh, angkot berjalan. karena mayoritas isi angkot tersebut adalah mahasiswa kampus saya, dan rata-rata mahasiswa kampus saya kos nya berada diutara dari simpang pasar dago, maka praktis tidak ada penumpang yang turun sampai lampu merah. praktis pula hampir setiap mahasiswa selalu mendengarkan
lampu merah berganti hijau, si pemusik jalanan mengadahkan gelasnya, lalu, cring cring, hampir seluruh penumpang mengisi gelas plastik bekas air minumnya. lalu angkot melaju dan tiba-tiba seorang mahasiswa disamping saya berkata pada teman nya ...
"gue mau beli biola"
diam
"biar bisa cari duit"
temannya senyum mengangguk
bahkan seorang mahasiswa baru di salah satu institut teknik terbaik di negeri ini masih mencita-citakan apa yang dilakukan oleh orang-orang kurang beruntung, yang jika boleh ditanya, mereka pun tidak ingin melakukanya.
seandainya saja tak ada pikiran seperti itu, tentulah ia bisa belajar dengan baik, tamat tepat waktu, mendapatkan pekerjaan, sehingga ia bisa membeli biola, bisa belajar biola. tapi untuk hobi, bukan sebagai teman berjemur dibawah hujan atau dibasahi keringat dibawah terik matahari. ia bisa membeli biola dan memainkannya untuk kesenangannya sendiri, bukan untuk mendapatkan simpati manusia-manusia yang duduk diatas angkutan umum. yang memberikan uang receh sisa pengeluaran hari ini.