Tuesday, June 29, 2010

it should end without tears but its not, cause you do not deserve it to end

seperti yang Raditya dika bilang, cinta itu absurd. hal didunia ini yang keberadaan dan sifatnya tak akan pernah tertebak, sampai kapanpun. cinta tetap saja cinta meskipun dibalut luka. tapi bisa saja cinta luntur oleh hujan kebosanan. cinta itu absurd.
Safa tau benar soal itu. Safa selalu merasakan cinta tiap harinya. cinta kepada Dzat yang menciptakan dan mengizinkannya terbangun di pagi hari. Cinta kepada keluarga dan kepada orang tua. cinta kepada sahabat. dan cinta terhadap hal duniawi. tapi berbagai macam jenis cinta itu tak lantas membuat Safa bahagia. kebahagiaan Safa memang ada pada Cinta. tapi cinta yang terbalut luka. atau lebih tepatnya, luka yang sedikit dihiasi oleh cinta secara sempuran sehingga tampak sangat indah sampai Safa membukanya.
Naif namanya jika Safa tak mengakui jika ia butuh Cinta itu. terlalu munafik rasanya jika Safa bilang dia tak hiraukan cinta. Safa sering bilang ia tak kenal cinta. hidupnya penuh kekejaman dan kejahatan. Safa tau hal itu salah. tapi Safa lebih tau bahawa hatinya meminta untuk hal itu. hanya saja, Safa terkadang lupa. Semakin ia coba mencampakan cinta dari hatiny, semakin ia akan diikuti rasa sakit yang mendalam. semakin ia membenci cinta. semakin ia hancur. dari jauh safa selalu coba untuk mengintip walau hanya sedikit, bagian dari masa lalunya itu.
yang terjauh, Safa kini menambatkan hatinya kepada seseorang. tapi kita tak pernah tau, apakah seseorang itu benar2 bisa menyembuhkannya? kita tak tahu apa seseorang itu benar2 baik untuk Safa. terburuk, Safa un tak pernah tau dan tak pernah mau tau. Safa tak pernah peduli bagaimana seseorang tempat hatinya tertambat itu. yang safa pedulikan sekarang hanya bagaimana dia lari dari masalalunya yang terbilang kelam. lari dari cintanya yang sebenarnya akan terus mengikutinya jika ia terus mencoba membencinya.
Safa lupa satu hal. cintanya itu datang dengan baik2 di waktu yang lampau. hendaknya ia bisa melepas cintanya dengan baik-baik pula. tapi Safa terlalu naif untuk itu ia terlalu egois. atau, lebih tepatnya, Safa tak pernah benar2 rela untuk melepas cintanya itu. Safa butuh, dan masih sangat butuh. meskipun mulutnya berkata benci. meskipun ia mengancam hatinya untuk marah. seseungguhnya, kenyataan yang ada, itu semua akan menderaskan aliran perasaan itu kepada masalalu itu.

it should end without tears but its not, cause you do not deserve it to end